Selasa, 11 Maret 2014

bisikan rahasia

 
BISIKAN RAHASIA
         Pernah terjadi satu peristiwa yang dialami oleh Siti Fatimah yang membuat tanda tanya para istri Rasulullah saw. Kejadian tersebut diceritakan dalam beberapa kitab Hadits, seperti kitab sahih Bukhari dan Muslim. Peristiwa itu sebagai berikut: Tidak lama sebelum Rasulullah saw wafat, datanglah Siti Fatimah kepada ayahnya, dimana saat itu Rasulullah saw sedang sakit dan dikelilingi oleh istri-istri beliau.
         Begitu Rasulullah saw melihat putri tersayangnya datang, beliau segera menyambutnya dan memerintahkan agar putrinya duduk disampingnya. Tidak lama kemudian Rasulullah saw membisikkan sesuatu ke telinga Siti Fatimah.
         Setelah mendengar bisikan ayahnya yang sedang dalam keadaan sakit itu menangislah Siti Fatimah. Beliau benar-benar sedih mendengar kata-kata ayahnya. Melihat putrinya menangis, segera Rasulullah saw membisikinya lagi dan bisikan yang kedua ini membuat Siti Fatimah merasa gembira dan tertawa.
          Peristiwa yang aneh tersebut membuat tanda tanya istri-istri Rasulullah saw, terutama membuat penasaran Siti Aisyah. Sehingga tidak lama setelah kejadian tersebut, Siti Aisyah bertanya kepada Siti Fatimah akan bisikan yang membuat Siti Fatimah menangis dan tertawa tersebut. Namun, walaupun didesak, Siti Fatimah keberatan untuk membuka dan memberitahu isi bisikan rahasia tersebut.
          Selanjutnya, setelah beberapa lama, setelah Rasulullah saw wafat, kembali Siti Aisyah menanyakan peristiwa tersebut. Kali ini Siti Fatimah menjawab: "Baiklah, kalau sekarang saya akan beritahu." Kemudian Siti Fatimah bercerita: "Adapun bisikan yang pertama, maka saat itu Rasulullah saw berkata: "Bahwa biasanya Jibril  datang  kepadaku  untuk  mengulang  Al Qur'an  sekali  dalam setahun, tapi tahun ini dia datang dua kali dan ini saya rasa menunjukkan bahwa ajalku sudah dekat, maka bersabarlah serta bertawakkal." Itulah yang membuatkku menangis, sedang bisikan yang kedua, maka beliau berkata:
        أما ترضين ان تكونى سيدة نساء هذه الأمة او نساء المؤمنين
                                           ( البخارى ومسلم )
          "Apakah engkau tidak ridha untuk menjadi Sayyidatu Nisa' Hadhihil Ummah atau Nisa' Al Mu'minin?"
                                                             (HR. Bukhari dan Muslim)
          Kata-kata itulah yang membuat aku saat itu gembira dan tertawa. Demikian cerita Siti Fatimah pada Siti Aisyah.
          Dalam riwayat yang lain, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, bahwa penyebab Siti Fatimah tertawa gembira, karena Rasulullah saw saat itu berkata, bahwa dia (Siti Fatimah) adalah keluarganya yang pertama menyusul beliau. Hal ini membuat Siti Fatimah gembira, karena menunjukkan bahwa dia tidak akan lama berpisah dengan ayahnya yang akan wafat itu.
          Demikian cerita bisikan rahasia Rasulullah saw kepada putri tersayangnya.
           Sepeninggal Rasulullah saw Siti Fathimah benar-benar sedih, beliau sangat  terpukul dengan kemangkatan ayahnya itu . Orang yang paling ia cintai, orang yang selalu menjenguknya dan membimbingnya serta membantu memecahkan masalah apabila ada sesuatu yang terjadi.
           Hal-hal itulah yang membuat Siti Fathimah selalu dirundung kesedihan. Untung masih ada Imam Ali, sang suami yang selalu menghibur dan menjaganya serta putra-putranya yang menjadi hiburan baginya.
            Namun semua itu tidak dapat menghilangkan kesedihan yang ada padanya, sehingga diterangkan oleh para Ahli Sejarah, bahwa sejak meninggalnya Rasulullah saw, Siti Fathimah tidak pernah tertawa dan hanya sekali beliau gembira tertawa, yaitu disaat Asma' binti Umais membuatkan keranda untuk beliau.
           Asma' binti Umais adalah orang yang selalu membantu Siti Fathimah. Mereka seperti kakak beradik. Asma' binti Umais adalah istri Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan dari perkawinan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar.
          Perkawinan tersebut atas perintah Rasulullah saw. Hal itu terjadi setelah suaminya yang pertama yaitu Ja'far bin Abi Thalib meninggal dalam peperangan. Beliau Asma' termasuk orang-orang yang masuk Islam pada awal permulaan Islam di Mekkah sebelum Muslimin berkumpul di Dar'ul Arqom dan beliau kemudian bersama suaminya Ja'far bin Abi Thalib hijrah ke Habasyah.
          Setelah Khalifah Abu Bakar wafat, Asma' binti Umais kawin dengan Imam Ali kw dan dikaruniai oleh Allah dua putra yaitu Yahya dan Muhammad Al Ashhor. Ummul Mu'minin Maimunah istri Rasulullah saw adalah saudara seibu dengan Asma' binti Umais. Oleh karena itu, hubungan Asma' binti Umais dengan keluarga Rasulullah saw sangat dekat sekali. Beliau sering membantu keluarga Rasulullah saw. Semoga Allah membalasnya serta meridhainya.
 

Minggu, 09 Maret 2014

cerita nabi muhammad dan pengemis buta ,, pasti nangis :)



Kisah 
NABI MUHAMMAD s.a.w DENGAN PENGEMIS BUTA
“Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia orang gila. Dia pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau akan dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis buta Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang.
Orang yang lalu-lalang di pasar itu ada yang menghulurkan sedekah kerana kasihan malah ada juga yang tidak mempedulikannya langsung.
Pada setiap pagi, kata-kata menghina Rasulullah SAW itu tidak lekang daripada mulutnya seolah-olah mengingatkan kepada orang ramai supaya jangan terpedaya dengan ajaran Rasulullah SAW. Seperti biasa juga, Rasulullah SAW ke pasar Madinah. Apabila baginda sampai, baginda terus mendapatkan pengemis buta Yahudi itu lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lembut dan bersopan tanpa berkata apa-apa.
Pengemis buta Yahudi yang tidak pernah bertanya siapakah yang menyuapkan itu begitu berselera sekali apabila ada orang yang baik hati memberi dan menyuapkan makanan ke mulutnya.
Perbuatan baginda itu dilakukannya setiap hari sehinggalah baginda wafat. Sejak kewafatan baginda, tidak ada sesiapa yang sudi menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu setiap pagi.
Pada satu pagi, Saidina Abu Bakar ra pergi ke rumah anaknya, Siti Aisyah yang juga merupakan isteri Rasulullah SAW untuk bertanyakan sesuatu kepadanya.
“Wahai anakku Aisyah, apakah kebiasaan yang Muhammad lakukan yang aku tidak lakukan?”, tanya Saidina Abu Bakar ra sebaik duduk di dalam rumah Aisyah.
“Ayahandaku, boleh dikatakan apa sahaja yang Rasulullah lakukan, ayahanda telah lakukan kecuali satu,” beritahu Aisyah sambil melayan ayahandanya dengan hidangan yang tersedia.
“Apakah dia wahai anakku, Aisyah?”
“Setiap pagi Rasulullah akan membawa makanan untuk seorang pengemis buta Yahudi di satu sudut di pasar Madinah dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Sejak pemergian Rasulullah, sudah tentu tidak ada sesiapa lagi yang menyuapkan makanan kepada pengemis itu,” beritahu Aisyah kepada ayahandanya seolah-olah kasihan dengan nasib pengemis itu.
“Kalau begitu, ayahanda akan lakukan seperti apa yang Muhammad lakukan setiap pagi. Kamu sediakanlah makanan yang selalu dibawa oleh Muhammad untuk pengemis itu,” beritahu Saidina Abu Bakar ra kepada anaknya.
Pada keesokan harinya, Saidina Abu BAkar ra membawakan makanan yang sama seperti apa yang Rasulullah SAW bawakan untuk pengemis itu sebelum ini. Setelah puas mencari, akhirnya beliau bertemu juga dengan pengemis buta itu. Saidina Abu Bakar ra segera menghampiri dan terus menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu.
“Hei… Siapakah kamu? Berani kamu menyuapku?” Pengemis buta itu mengherdik Saidina Abu Bakar ra. Pengemis buta itu terasa lain benar perbuatan Saidina Abu Bakar ra itu seperti kebiasaan.
“Akulah orang yang selalu menyuapmu setiap pagi,” jawab Saidina Abu Bakar ra sambil memerhatikan wajah pengemis buta itu yang nampak marah.
“Bukan! Kamu bukan orang yang selalu menyuapku setiap pagi. Perbuatan orang itu terlalu lembut dan bersopan. Aku dapat merasakannya, dia terlebih dahulu akan menghaluskan makanan itu kemudian barulah menyuap ke mulutku. Tapi kali ini aku terasa sangat susah aku hendak menelannya,” balas pengemis buta itu lagi sambil menolak tangan Saidina Abu Bakar ra yang masih memegang makanan itu.
“Ya, aku mengaku. Aku bukan orang yang biasa menyuapmu setiap pagi. Aku adalah sahabatnya. Aku menggantikan tempatnya,” beritahu Saidina Abu Bakar ra sambil mengesat air matanya yang sedih.
“Tetapi ke manakah perginya orang itu dan siapakah dia?”, tanya pengemis buta itu.
“Dia ialah Muhammad Rasulullah. Dia telah kembali ke rahmatullah. Sebab itulah aku yang menggantikan tempatnya,” jelas Saidina Abu Bakar ra dengan harapan pengemis itu berpuas hati.
“Dia Muhammad Rasulullah?”, kata pengemis itu dengan suara yang terkedu.
“Mengapa kamu terkejut? Dia insan yang sangat mulia,” beritahu Saidina Abu Bakar ra. Tidak semena-mena pengemis itu menangis sepuas-puasnya. Setelah agak reda, barulah dia bersuara.
“Benarkah dia Muhammad Rasulullah?”, pengemis buta itu mengulangi pertanyaannya seolah-olah tidak percaya dengan berita yang baru didengarnya itu.
“Ya benar. Kamu tidak percaya?”
“Selama ini aku menghinanya, aku memfitnahnya tetapi dia sedikit pun tidak pernah memarahiku malah dia terus juga menyuap makanan ke mulutku dengan sopan dan lembut. Sekarang aku telah kehilangannya sebelum sempat memohon ampun kepadanya,” ujar pengemis itu sambil menangis teresak-esak.
“Dia memang insan yang sangat mulia. Kamu tidak akan berjumpa dengan manusia semulia itu selepas ini kerana dia telah pun meninggalkan kita,” beritahu Saidina Abu Bakar ra.
“Kalau begitu, aku mahu kamu menjadi saksi. Aku ingin mengucapkan kalimah syahadah dan aku memohon keampunan Allah,” ujar pengemis buta itu.
Selepas peristiwa itu, pengemis itu telah memeluk Islam di hadapan Saidina Abu Bakar ra. Keperibadian Rasulullah SAW telah memikat jiwa pengemis itu untuk mengakui ke-Esaan Allah..


*kita tidak menyadari bahwa pemimpin kita adalah benar-benar orang yang dipilih oleh tuhan !! :)
 

air mata disaat sang lentera telah tiada ,, :(

tetapi sinarnya masih akan terus membekas dan akan terus menyinari hati ini

Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA <![endif]-->
Assalamu Alaikum..’’
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. 'Dapatkah saya masuk?' tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, 'Maafkanlah, ayahku sedang demam', kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, 'Siapakah itu wahai anakku?' 'Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya, 'tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak. 'Ketahuilah, dialah yang menghapus kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut, 'kata Rasulullah, Fatimah pun menahan Ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. 'Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?', tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. 'Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. 'Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, "kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. 'Engkau tidak senang mendengar kabar ini?', Tanya Jibril lagi. 'Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?' 'Jangan khawatir, wahai Rasul! Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya, 'kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. 'Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.' Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. 'Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?' Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu .. 'Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal, "kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi .. 'Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.' Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,! Ali segera mendekatkan telinganya. 'Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku' 'peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.'

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. 'Ummatii, ummatii, ummatiii' - 'Umatku, umatku, umatku' Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinar itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim' alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. :)